Ular adalah reptilia tak berkaki yang bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan. namun ular tetap dapat dibedakan karena ular tidak memiliki telinga dan kelopak mata. Seru loh kawan mempelajari berbagai macam reptile terutama ular karena menurut saya ular itu sangat unik, ular dibedakan menjadi tiga jenis yaitu ular yang melilit, ular low venom (berbisa rendah), ular medium venom (berbisa menengah), high venom (berbisa tinggi).
Inilah macam macam nama dan jenis jenis ular menurut PemburuPedia
Spesies Ular Tidak Berbisa
1. Ball Python (Python regius)
http://rjsyahrulloh.blogspot.com
Sanca bola/Ball Python adalah suatu spesies Ular tidak berbisa yang ditemukan di Afrika. Spesies ini merupakan spesies Sanca terkecil di Afrika dan populer sebagai hewan peliharaan dikarenakan wataknya yang jinak. Saat ini tidak ada subspesies yang diketahui. Nama lainnya adalah Sanca raja.
2. Sanca Batik (Python reticulatus)
http://ragareptile.blogspot.com
Sanca kembang atau sanca batik adalah sejenis ular dari suku Pythonidae yang berukuran besar dan memiliki ukuran tubuh terpanjang di antara ular lain. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 8.5 meter dan merupakan ular terpanjang di dunia. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem(Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics. Sedangkan nama ilmiahnya yang sebelumnya adalah Python reticulatus, kini diubah genusnya menjadi Malayopython reticulatus.
3. Sanca Hijau (Morelia viridis)
https://herpetologiunair.wordpress.com/
Sanca hijau dicirikan dengan tubuhnya yang relatif langsing. Ekornya yang relatif panjang terhitung sekitar 14% dari panjang total hewan ini. Kepala hewan ini besar dan bisa dengan jelas dibedakan dari lehernya. Hewan ini memiliki moncong yang besar dan lancip. Penampang tubuh hewan ini berbentuk segitiga dengan tulang belakang yang menonjol. Hewan ini biasanya mencapai panjang total 1,5-1,8 meter (4,9-5,9 kaki) namun betina berukuran besar panjangnya bisa mencapai 2 m (6,6 ft). Ukuran hewan ini juga bervariasi berdasarkan daerah asalnya. Berat hewan ini sangat bergantung pada status nutrisinya. Jantan bisa mencapai berat sekitar 1,1-1,4 kg (2,4-3,1 pon), sementara betina bisa mencapai 1,6 kg (3,5 lb). Spesimen yang lebih besar dari biasanya seberat 2,2 kg (4,9 lb) merupakan betina, sebagaimana kebanyakan ular lainnya dimana ukuran betina sedikit lebih besar dan berat daripada jantan.
4. Sanca Pelangi (Liasis fuscus)
Sanca pelangi (Liasis fuscus) adalah sejenis Ular Sanca tidak berbisa yang bisa ditemukan di wilayah utara Australia, wilayah barat Papua Nugini dan wilayah selatan provinsi Papua, Indonesia. Tidak ada upajenis dari hewan ini yang saat ini diketahui. Hewan dewasa memiliki panjang kira-kira 2 meter, namun bisa saja mencapai 3 meter. Hewan ini memiliki kepala tegap panjang yang sedikit bisa dibedakan dari leher. Di bagian depan dari rahang atasnya terdapat lubang-lubang sensor panas. Tata sisik hewan ini berupa sepasang sisik penuh di kepala dan satu sisik muka di kedua sisi kepala. Di tubuhnya, terdapat sisik punggung sejumlah 45-55 di tubuh bagian tengah, 270-300 sisik perut, satu sisik sekitar kloaka dan 60-90 pasang sisik bawah ekor. Pola warna tubuh hewan ini terdiri dari warna punggung coklat gelap kehitaman yang seragam dan berwarna-warni seperti pelangi apabila terkena cahaya. Warna perutnya kuning kusam sampai cerah yang meliputi beberapa baris pertama dari sisik punggung. Lehernya berwarna putih kekuningan, sementara bibir atasnya berwarna coklat keabu-abuan terang dengan bintik-bintik coklat gelap atau hitam.
5. Pyton Maluku (Morelia clastolepis)
Morelia tracyae, python Halmahera, adalah spesies python yang hanya ditemukan di pulau Halmahera Indonesia. Itu milik keluarga Pythonidae dan genus Morelia. Ular ini sebelumnya diyakini berasal dari spesies Morelia amesthistina; Namun, penelitian dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan para ilmuwan untuk membedakan antara dua jenis ular, sehingga reklasifikasi python Halmahera sebagai spesies sendiri.
Ular Jenis Low Venom (Ular Berbisa Lemah)
1. Ular Pucuk (ahaetulla)
http://ularindonesian.blogspot.com
2. Ular Tambang (Dendrelaphis pictus)
http://ularindonesian.blogspot.com
Ular tambang (Dendrelaphis pictus) adalah sejenis ular kecil dari suku Colubridae. Secara umum, ular ini juga disebut dengan nama ular tali, ular tampar atau ular tlampar (tampar atau tlampar Jw., tali). Di daerah Toraja ular ini dinamai duwata atau ule lewora.[1] Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Gmelin’s Bronzeback atau Painted Bronzeback, merujuk pada warna-warnanya yang cemerlang (pictus, painted, = seperti lukisan).
Ular tambang menyebar luas mulai dari India sampai ke Asia Tenggara, termasuk Kepulauan Nusantara ke timur hingga sejauh Maluku. Ular yang kurus ramping, panjang hingga sekitar 1,5 m; meskipun pada umumnya kurang dari itu. Ekornya panjang, mencapai sepertiga dari panjang tubuh keseluruhan.
1. Ular Pucuk (ahaetulla)
http://ularindonesian.blogspot.com
Ular pucuk adalah nama sekelompok ular berbisa lemah yang tidak berbahaya dari marga Ahaetulla, suku Colubridae. Dinamai demikian karena bentuk ular-ular ini menyerupai pucuk sulur-suluran di hutan: panjang, lampai dan umumnya berwarna hijau.
Dalam bahasa Inggris, ular-ular ini disebut dengan nama umum vine snake atau whip snake, yang mengacu kepada bentuk-bentuk yang sama seperti diuraikan di atas.
Ular-ular pucuk termasuk berbisa lemah. Artinya, meski bisanya cukup kuat untuk melumpuhkan mangsanya (misalnya kodok, kadal atau burung kecil), namun tidak berbahaya bagi manusia. Tak seperti ular-ular kobra atau bandotan, taring bisanya terletak di bagian belakang rahang atasnya (opisthoglypha).
2. Ular Tambang (Dendrelaphis pictus)
http://ularindonesian.blogspot.com
Ular tambang (Dendrelaphis pictus) adalah sejenis ular kecil dari suku Colubridae. Secara umum, ular ini juga disebut dengan nama ular tali, ular tampar atau ular tlampar (tampar atau tlampar Jw., tali). Di daerah Toraja ular ini dinamai duwata atau ule lewora.[1] Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Gmelin’s Bronzeback atau Painted Bronzeback, merujuk pada warna-warnanya yang cemerlang (pictus, painted, = seperti lukisan).
Ular tambang menyebar luas mulai dari India sampai ke Asia Tenggara, termasuk Kepulauan Nusantara ke timur hingga sejauh Maluku. Ular yang kurus ramping, panjang hingga sekitar 1,5 m; meskipun pada umumnya kurang dari itu. Ekornya panjang, mencapai sepertiga dari panjang tubuh keseluruhan.
Coklat zaitun seperti logam perunggu di bagian punggung. Pada masing-masing sisi tubuh bagian bawah terdapat pita tipis kuning terang keputihan, dipisahkan dari sisik ventral (perut) yang sewarna oleh sebuah garis hitam tipis memanjang hingga ke ekor. Kepala kecoklatan perunggu di sebelah atas, dan kuning terang di bibir dan dagu; diantarai oleh coret hitam mulai dari pipi yang melintasi mata dan melebar di pelipis belakang, kemudian terpecah menjadi noktah-noktah besar dan mengabur di leher bagian belakang. Terdapat warna-warna peringatan berupa bintik-bintik hijau terang kebiruan di bagian leher hingga tubuh bagian muka, yang biasanya tersembunyi di bawah sisik-sisik hitam atau perunggu dan baru tampak jelas apabila si ular merasa terancam. Sisik-sisik ventral putih kekuningan atau kehijauan. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret di bagian tengah tubuh; sisik-sisik vertebral membesar, namun tak lebih besar dari deret sisik dorsal yang pertama (terbawah). Perisai labial 9 buah (jarang 8 atau 10), yang no 5 dan 6 (kadang-kadang juga yang no 4) menyentuh mata. Sisik-sisik ventral 167–200 buah, sisik analsepasang, sisik-sisik subkaudal (bawah ekor) 127–164 buah. Mata besar, diameternya sama panjang dengan jaraknya ke lubang hidung. Anak mata bulat hitam; perisai preokular sebuah dan postokular dua buah. Perisai rostral lebar, terlihat dari sebelah atas; perisai internasal sama panjang atau sedikit lebih pendek dari perisai prefrontal; perisai frontal sama panjang dengan jaraknya ke ujung moncong, namun lebih pendek dari perisai parietal; perisai loreal panjang. Perisai temporal bersusun 2 + 2, 1 + 1 atau 1 + 2. lidahnya berwarna merah.
3. Ular Jali/Koros
3. Ular Jali/Koros
http://ularindonesian.blogspot.com
Ular jali atau ular koros adalah sejenis ular pemakan tikus yang rakus, karena itu kerap disebut pula sebagai ular tikus. Namanya dalam bahasa lain adalah oray lingas (Sd.), ula jali, ula koros atau ula kayu (Jw.), dan Indo-Chinese rat snake (Ingg.). Nama ilmiahnya adalah Ptyas korros (Schlegel, 1837).
http://reptilwahyu.blogspot.com
Ular kopi adalah sejenis ular tikus. Dinamai demikian karena warna ular ini menyerupai biji kopi muda. Ular ini juga dikenal dengan nama bandotan kopi, ular bungka merah, ular tikus merah, atau ular bambu. Nama umumnya dalam bahasa Inggris adalah black-banded trinket snake, red bamboo snake, atau red mountain racer. Panjang tubuhnya biasanya 1,2 meter. Kepala berwarna coklat kemerah-merahan dengan garis coreng hitam ditengahnya. Di bagian matanya terdapat garis coreng hitam dalam bentuk beberapa garis. Badannya gemuk dengan ekor yang pendek. Punggung berwarna merah atau coklat kemerah-merahan dengan garis-garis coklat tua yang tepi sisiknya hitam. Pada bagian posterior badan terdapat 2 garis berwarna hitam. Sisi dalam sekitar ekornya berwarna kuning. Bibir atasnya terdiri dari 8 sisik, yang keempat dan kelima menyentuh mata. Sisik loreal ukurannya kecil. Sisik preocular ada 1 dan besar. Sisik postocular 2. Sisik temporal 1+2. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 19 baris, dan halus. Sisik-sisik ventral berjumlah 190-218. Sisik anal ganda. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 52-76 dan terdiri dari 2 baris sisik. Ular ini jarang ditemukan, biasanya di daerah perkebunan, sawah, atau di tepi pemukiman. Aktif pada siang hari maupun malam hari. Berkembangbiak dengan cara bertelur, betina mengeluarkan sekitar 7 telur. Makanannya berupa katak, tikus atau burung yang kecil. Ular ini termasuk jenis yang tidak berbahaya bagi manusia.
Ular Jenis Medium Venom (Berbisa Menengah)
1. Ular Cincin Emas (Boiga dendrophilia )
http://ularindonesian.blogspot.com
Ular cincin emas atau yang juga dikenal dengan nama ular tali wangsa, adalah sejenis ular berbisa menengah dari suku Colubridae. Ular ini diberi nama ular cincin emas karena punggung ular ini berwarna belang-belang kuning emas dan hitam pekat, dalam bahasa Inggrisdikenal dengan nama Black mangrove cat snake atau Gold-ringed catsnake. Sedangkan nama ilmiahnya adalah Boiga dendrophila(Boie, 1827). Bagian atas kepala berwarna hitam dengan sisik-sisik pada bibir atas dan bawahnya terdapat bercak-bercak berwarna kuning. Lehernya kuning polos, ada garis-garis sutur berwarna hitam (tepinya hitam). Badan berwarna dasar hitam gelap (kadang berbintik-bintik kuning) dengan bagian sisinya terdapat sekitar 35-52 belang (cincin) berwarna kuning yang melingkari, tetapi tidak menyatu sampai ke punggung maupun perut. Pada bagian anterior badan, cincin kuning tersebut berlanjut sampai ke bagian tengah dan menyatu dengan pinggir badannya yang berwarna hitam. Panjang jarak moncong-anus mencapai 1308 mm. Sisik bibir atas berjumlah 8, sisik ketiga sampai kelima menyentuh mata tetapi jarang yang berjumlah 9 dimana sisik keempat sampai keenam menyentuh mata. Sisik loreal berbentuk persegi atau lebih panjang sedikit dari jarak tingginya. Preocular 1 jarang ada yang 2 sisik. Sisik postocular 2. Sisik temporal 2+2 atau 2+3. Sisik-sisik dorsal badannya halus dan bagian tengahnya terdiri dari 21 baris. Sisik-sisik ventral 212-227. Sisik anal tunggal sedangkan sisik-sisik subcaudal berjumlah 95-105 dan ganda. Ular ini sering ditemukan melingkar di cabang pohon yang menjuntai pada bakau di tepi pantai atau cabang pohon di tepi sungai dalam hutan. Aktifitas hariannya pada malam hari dan termasuk jenis ular yang arboreal. Makanannya adalah mamalia kecil, terutama anak burung dan kadal. Ular ini termasuk jenis dengan gigi taring yang letaknya di belakang rahang atas, Walaupun perilakunya terlihat jinak (penurut) dan seringkali dipelihara orang untuk ular peliharaan namun tergolong jenis dengan bisa sedang.
Ular jali atau ular koros adalah sejenis ular pemakan tikus yang rakus, karena itu kerap disebut pula sebagai ular tikus. Namanya dalam bahasa lain adalah oray lingas (Sd.), ula jali, ula koros atau ula kayu (Jw.), dan Indo-Chinese rat snake (Ingg.). Nama ilmiahnya adalah Ptyas korros (Schlegel, 1837).
Selain ular jali, ada beberapa jenis lain yang juga dijuluki 'ular tikus'. Di antaranya adalah ular babi (Coelognathus flavolineatus), ular sapi(Coelognathus radiatus) dan ular bajing (Gonyosoma oxycephalum). Kesemuanya adalah pemburu tikus yang efektif di sawah-sawah, pekarangan rumah, bahkan sering hingga masuk ke atap rumah. Ular jali bertubuh cukup besar, hingga 2 meter panjangnya. Sisi atas tubuh (dorsal) berwarna coklat muda kekuningan hingga abu-abu kehitaman. Bagian sebelah depan (anterior) biasanya berwarna lebih terang dari ekornya yang kehitaman. Sisik-sisik di atas ekor bertepi hitam, sehingga terkesan bergaris-garis seperti memakai stocking hitam.
Sisi bawah tubuh (ventral) berwarna kekuningan sampai kuning terang. Matanya berukuran besar. Kerabatnya yang mirip adalah Ptyas mucosus; dibedakan dengan adanya loreng-loreng hitam di bibirnya dan di tubuh bagian belakang. P. mucosus umumnya juga bertubuh lebih besar, hingga lebih dari 3 m panjangnya.
4. Ular Bajing (Gonyosoma Oxycephalum)
4. Ular Bajing (Gonyosoma Oxycephalum)
Ular bajing (Gonyosoma oxycephalum) atau ular bamban adalah sejenis ular berwarna hijau yang besar dan gesit tangkas, pemanjat pohon dari suku Colubridae. Dinamai demikian karena ular ini biasa memangsa bajing dan tupai, selain hewan-hewan lainnya. Ular ini sering pula disebut sebagai ular hijau, ular bangka laut dan ular gadung, nama-nama yang juga digunakan untuk menyebut jenis ular lainnya yang berwarna hijau.
Dalam bahasa Inggris ular ini dinamai Red-tailed Green Ratsnake atau Red-tailed Racer, karena warna ekornya yang kadang-kadang kemerahan. Namun ular ini berbeda dengan ular bangkai laut yang warna ekornya juga (dan selalu) kemerahan. Nama lainnya adalah Grey-tailed Racer. Nama ilmiahnya menunjukkan tubuhnya yang berbentuk menyudut (gonio, sudut; soma, tubuh) dan kepalanya yang agak gepeng meruncing (oxy, tajam; cephalum, kepala). Ular yang bertubuh sedang sampai besar, panjang dan ramping. Panjang kepala dan tubuh hingga 1.820 mm, dan ekornya 480 mm. Meskipun pada umumnya panjang totalnya hanya sekitar 160–180 cm. Kepala agak gepeng dan meruncing, pangkalnya lebih lebar dari lehernya. Dominan warna hijau atau hijau terang di sepanjang punggungnya, dan kuning di sepanjang perutnya. Kepala hijau kekuningan, hijau zaitun atau kecoklatan di sebelah atas, dengan garis hitam melintasi mata, serta bibir yang berwarna kekuningan. Ekor kemerahan atau coklat muda keabu-abuan; kadang-kadang dengan cincin kuning atau merah terang di dekat anusnya. Sisik-sisik bertepi kuning atau gelap kehitaman. ular ini diketahui biasa memburu bajing dan tupai di pepohonan. Ia juga memangsa tikus, kelelawar dan burung. Ular bajing bergerak dengan lincah dan tangkas di dahan-dahan dan ranting (arboreal), dan sesekali turun ke tanah. Bila marah karena merasa terganggu, leher ular ini akan memipih tegak dan lidahnya yang bergaris biru terang digerakkan keluar masuk dengan cepat. Gigitannya menyakitkan, meskipun tidak membahayakan manusia karena ular ini hanya berbisa lemah.
5. Ular Kopi (Oreocryptophis porphyraceus)
5. Ular Kopi (Oreocryptophis porphyraceus)
http://reptilwahyu.blogspot.com
Ular kopi adalah sejenis ular tikus. Dinamai demikian karena warna ular ini menyerupai biji kopi muda. Ular ini juga dikenal dengan nama bandotan kopi, ular bungka merah, ular tikus merah, atau ular bambu. Nama umumnya dalam bahasa Inggris adalah black-banded trinket snake, red bamboo snake, atau red mountain racer. Panjang tubuhnya biasanya 1,2 meter. Kepala berwarna coklat kemerah-merahan dengan garis coreng hitam ditengahnya. Di bagian matanya terdapat garis coreng hitam dalam bentuk beberapa garis. Badannya gemuk dengan ekor yang pendek. Punggung berwarna merah atau coklat kemerah-merahan dengan garis-garis coklat tua yang tepi sisiknya hitam. Pada bagian posterior badan terdapat 2 garis berwarna hitam. Sisi dalam sekitar ekornya berwarna kuning. Bibir atasnya terdiri dari 8 sisik, yang keempat dan kelima menyentuh mata. Sisik loreal ukurannya kecil. Sisik preocular ada 1 dan besar. Sisik postocular 2. Sisik temporal 1+2. Sisik dorsal pada bagian tengah badannya terdiri dari 19 baris, dan halus. Sisik-sisik ventral berjumlah 190-218. Sisik anal ganda. Sisik-sisik subcaudal berjumlah 52-76 dan terdiri dari 2 baris sisik. Ular ini jarang ditemukan, biasanya di daerah perkebunan, sawah, atau di tepi pemukiman. Aktif pada siang hari maupun malam hari. Berkembangbiak dengan cara bertelur, betina mengeluarkan sekitar 7 telur. Makanannya berupa katak, tikus atau burung yang kecil. Ular ini termasuk jenis yang tidak berbahaya bagi manusia.
Ular Jenis Medium Venom (Berbisa Menengah)
1. Ular Cincin Emas (Boiga dendrophilia )
http://ularindonesian.blogspot.com
Ular cincin emas atau yang juga dikenal dengan nama ular tali wangsa, adalah sejenis ular berbisa menengah dari suku Colubridae. Ular ini diberi nama ular cincin emas karena punggung ular ini berwarna belang-belang kuning emas dan hitam pekat, dalam bahasa Inggrisdikenal dengan nama Black mangrove cat snake atau Gold-ringed catsnake. Sedangkan nama ilmiahnya adalah Boiga dendrophila(Boie, 1827). Bagian atas kepala berwarna hitam dengan sisik-sisik pada bibir atas dan bawahnya terdapat bercak-bercak berwarna kuning. Lehernya kuning polos, ada garis-garis sutur berwarna hitam (tepinya hitam). Badan berwarna dasar hitam gelap (kadang berbintik-bintik kuning) dengan bagian sisinya terdapat sekitar 35-52 belang (cincin) berwarna kuning yang melingkari, tetapi tidak menyatu sampai ke punggung maupun perut. Pada bagian anterior badan, cincin kuning tersebut berlanjut sampai ke bagian tengah dan menyatu dengan pinggir badannya yang berwarna hitam. Panjang jarak moncong-anus mencapai 1308 mm. Sisik bibir atas berjumlah 8, sisik ketiga sampai kelima menyentuh mata tetapi jarang yang berjumlah 9 dimana sisik keempat sampai keenam menyentuh mata. Sisik loreal berbentuk persegi atau lebih panjang sedikit dari jarak tingginya. Preocular 1 jarang ada yang 2 sisik. Sisik postocular 2. Sisik temporal 2+2 atau 2+3. Sisik-sisik dorsal badannya halus dan bagian tengahnya terdiri dari 21 baris. Sisik-sisik ventral 212-227. Sisik anal tunggal sedangkan sisik-sisik subcaudal berjumlah 95-105 dan ganda. Ular ini sering ditemukan melingkar di cabang pohon yang menjuntai pada bakau di tepi pantai atau cabang pohon di tepi sungai dalam hutan. Aktifitas hariannya pada malam hari dan termasuk jenis ular yang arboreal. Makanannya adalah mamalia kecil, terutama anak burung dan kadal. Ular ini termasuk jenis dengan gigi taring yang letaknya di belakang rahang atas, Walaupun perilakunya terlihat jinak (penurut) dan seringkali dipelihara orang untuk ular peliharaan namun tergolong jenis dengan bisa sedang.
Ular Jenis High Venom (Berbisa Tinggi)
Taipan adalah jenis-jenis ular senawan bertubuh panjang, gesit (fast-moving), agresif, dan berbisa tinggi dari marga Oxyuranus suku Elapidae. Ular ini terdapat di Australia dan Papua. Taipan adalah salah satu dari 5 ular yang paling mematikan di dunia. Nama umum ular ini, "Taipan", berasal dari legenda suku Aborigin, yakni cerita tentang seekor ular yang merentangkan badannya di langit seperti pelangi. Sedangkan nama ilmiahnya, Oxyuranus yang berarti "ekor runcing", berasal dari kata Oxy="tajam" atau "runcing" dan Urano="ekor". Semua jenis ular ini berukuran besar. Panjangnya antara 2 sampai 3 meter. Spesies terbesar, Taipan pesisir (Oxyuranus scutellatus), panjangnya bisa mencapai 4 meter dan merupakan ular berbisa terpanjang di Australia. Ular ini aktif pada siang dan malam hari, mangsanya adalah mamalia kecil, terutama tikus dan cecurut.
Semua jenis taipan berbisa sangat tinggi. Racunnya lebih kuat daripada ular kobra dan merupakan ular berbisa yang paling mematikan di dunia. Bisanya bersifat neurotoksin, sangat berbahaya dan dapat merusak saraf.[5]Jenis paling mematikan adalah Taipan pedalaman (Oxyuranus microlepidotus), yang dapat membunuh hanya dengan setetes racun saja. Sedangkan jenis baru, yakni Taipan tengah (Oxyuranus temporalis), masih belum dievaluasi kekuatan bisanya.
2. Ular Bangkai Laut (Trimerisurus Albolabris)
Wikipedia
2. Ular Bangkai Laut (Trimerisurus Albolabris)
Wikipedia
Ular bangkai laut adalah sejenis ular berbisa yang berbahaya. Memiliki nama ilmiah Trimeresurus albolabris, ular ini juga dikenal dengan nama-nama lain seperti oray bungka, oray majapait (Sd.), ula bangka-laut atau ula gadung luwuk (Jw.), ulah sanggit (Lombok), tarihu(Dompu), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut dengan nama white-lipped tree viper, white-lipped pit-viper, merujuk pada bibirnya yang berwarna keputih-putihan, atau bamboo pit-viper karena kebiasaannya berada di rumpun bambu.
Ular ini juga dinamai ular hijau karena warna tubuhnya. Namun penamaan ini bisa menyesatkan, karena cukup banyak jenis-jenis ular pohon yang berwarna hijau, seperti halnya ular pucuk (Ahaetulla spp.) dan ular bajing (Gonyosoma oxycephalum) yang tidak berbahaya.
Ular yang aktif di malam hari (nokturnal) dan tidak begitu lincah. Kerap terlihat menjalar lambat-lambat di antara ranting atau di atas lantai hutan; meskipun apabila terancam dapat pula bergerak dengan cepat dan gesit. Menyukai hutan bambu dan belukar yang tidak jauh dari sungai, ular bangkai laut sering didapati berdiam di antara daun-daun dan ranting semak atau pohon kecil sampai dengan 3 m di atas tanah. Tidak jarang pula ditemukan di kebun dan pekarangan di dekat rumah.
Mangsa ular ini terutama adalah kodok, burung dan mamalia kecil; juga kadal. Perburuannya dalam gelap malam amat dibantu oleh indra penghidu bahang (panas) tubuh yang terletak pada dekik pipinya.
Pada siang hari ular ini menjadi lembam, dan tidur bergulung di cabang pohon, semak atau kerimbunan ranting bambu. Sering pula ditemukan ular-ular yang kesiangan dan lalu tidur sekenanya di dekat pemukiman orang, seperti di tumpukan kayu atau di sudut para-para di belakang rumah.
Ular bangkai laut bersifat ovovivipar, yakni telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar sebagai anak-anak ular, sehingga seakan-akan melahirkan. Anaknya dapat mencapai lebih dari 25 ekor sekali ‘bersalin’ (David and Vogel, 1997). Anak-anak ular ini turun ke lantai hutan dan vegetasi bawah untuk memburu kodok yang menjadi makanannya.
3. Ular Anang/King Cobra (Ophiophagus Hannah)
Wikipedia
Ular anang atau lanang (Ophiophagus hannah) adalah ular berbisa terpanjang di dunia, spesies terpanjang yang ditemukan mencapai sekitar 5,7 m. Akan tetapi panjang hewan dewasa pada umumnya hanya sekitar 3 – 4,5 m saja. Ular ini ditakuti orang karena bisanya yang mematikan dan sifat-sifatnya yang terkenal agresif, meskipun banyak catatan yang menunjukkan perilaku yang sebaliknya. lar anang juga dikenal dengan beberapa nama lokal seperti oray totog (Sd.), ular tedung abu, tedung selor (Kal.) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut king cobra (raja kobra) atau hamadryad. Meskipun ular anang memiliki bisa yang mematikan dan kehadirannya ditakuti banyak orang, ia sebenarnya adalah hewan pemalu yang sedapat-dapatnya menghindari pertemuan dengan manusia. Bisa ular anang terutama tersusun dari protein dan polipeptida, yang dihasilkan dari kelenjar ludah yang telah berubah fungsi, yang terletak di belakang mata. Tatkala menggigit mangsanya, bisa ini tersalur melalui taring sepanjang sekitar 8–10 mm yang menancap di daging mangsanya. Meskipun racun ini dianggap tak sekuat bisa beberapa ular yang lain, ular anang sanggup mengeluarkan jumlah bisa yang jauh lebih besar dari ular-ular lainnya. Ular anang bertelur sekitar 20–50 butir, yang diletakkannya di dalam sebuah sarang penetasan terbuat dari timbunan serasah dedaunan. Sarang ini terdiri dari dua ruangan, di mana ruang yang bawah digunakan untuk meletakkan telur dan ruang yang atas dihuni oleh induk betina yang menjaga telur-telur itu hingga menetas.
4. Ular Sendok/Cobra (Naja)
http://ularindonesian.blogspot.com
Ular sendok atau yang juga dikenal dengan nama kobra adalah sejenis ular berbisa dari suku Elapidae. Disebut ular sendok (Jw., ula irus) karena ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya apabila merasa terganggu oleh musuhnya. Leher yang memipih dan melengkung itu serupa bentuk sendok atau irus (sendok sayur). Sejenis dengan kelamin seorang pria, ketika diusik kepalanya akan membesar dan mematok terhadap ancaman yang sedang dihadapi.Bisa atau racun ular sendok merupakan salah satu yang terkuat dari jenisnya, dan mampu membunuh manusia. Ular sendok melumpuhkan mangsanya dengan menggigit dan menyuntikkan bisa neurotoksin pada hewan tangkapannya (biasanya binatang mengerat atau burung kecil) melalui taringnya. Bisa tersebut kemudian melumpuhkan saraf-saraf dan otot-otot si korban (mangsa) dalam waktu yang hanya beberapa menit saja. Penting untuk diingat sekali lagi, bahwa gigitan ular sendok pada manusia tidak semuanya berakhir dengan kematian. Pada kebanyakan kasus gigitan, ular menggigit untuk memperingatkan atau mengusir manusia. Sehingga hanya sedikit atau tidak ada racun yang disuntikkan. Jika pun racun masuk dalam jumlah yang cukup, apabila korban ditangani dengan baik, umumnya belum membawa kematian sampai beberapa jam kemudian. Jadi, kematian tidak datang seketika atau dalam beberapa menit saja.
5. Ular Weling (Bungarus candidus)
http://jateng.tribunnews.com
Weling atau ular weling (Bungarus candidus) adalah sejenis ular berbisa dari suku Elapidae; menyebar di Asia Tenggara hingga ke Jawa dan Bali. Di beberapa tempat dikenal sebagai ular belang, nama yang juga disematkan bagi ular welang (B. fasciatus). Ular warakas dari daerah Cirebon-Indramayu dan sekitarnya adalah bentuk hitam (melanistik) dari weling. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Blue krait atau Malayan krait.
Weling atau ular weling (Bungarus candidus) adalah sejenis ular berbisa dari suku Elapidae; menyebar di Asia Tenggara hingga ke Jawa dan Bali. Di beberapa tempat dikenal sebagai ular belang, nama yang juga disematkan bagi ular welang (B. fasciatus). Ular warakas dari daerah Cirebon-Indramayu dan sekitarnya adalah bentuk hitam (melanistik) dari weling. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Blue krait atau Malayan krait.
Ular yang ramping dan tidak seberapa panjang; dari kepala hingga ekor sekitar 100 cm, dengan panjang maksimal sekitar 155 cm Ekornya sekitar 15% panjang total. Bisa ular weling bersifat mematikan dan menimbulkan gejala sebagaimana bisa ular Elapidae pada umumnya, kecuali kobra. Sifat utamanya adalah racun saraf (neurotoxic), yang dapat berakibat rusaknya jaringan saraf dan membawa kelumpuhan. Gigitan kobra yang mengandung bisa, akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan pembengkakan di sekitar luka, meskipun kadang-kadang gejala ini tidak muncul. Di pihak lain gigitan weling tidak demikian, yakni cenderung tidak menimbulkan sakit berlebihan atau bengkak di lokasi luka, namun dapat berakibat fatal. Bila bisa –melalui gigitan ular– masuk dalam jumlah cukup besar ke dalam tubuh, beberapa waktu kemudian akan timbul gejala-gejala keracunan yang khas. Untuk ular-ular Elapidae, gejala ini misalnya adalah kelopak mata yang memberat, kesulitan menelan, dan belakangan, kesulitan untuk bernafas; serta pada akhirnya kegagalan kerja jantung. Rata-rata selang waktu antara masuknya bisa melalui luka hingga tibanya kematian, untuk kasus gigitan Elapidae, berkisar antara 5 hingga 20 jam.